Perbaikan Longsor di PGA Lamban Macet Tak Bisa Terhindarkan
SUMEDANG - Penanganan longsor yang
terjadi pada tebing di Jalan Raya Prabu Gajah Agung (PGA), Lingkungan
Karapyak, Kel. Situ, Kec. Sumedang Utara, Kab. Sumedang sangat lamban.
Sejak tebing jalan tersebut longsor sekitar 6 bulan lalu, pemerintah
baru terlihat melakukan upaya perbaikan dalam beberapa hari ini.
Dengan kondisi seperti itu pebaikan jalan tersebut tidak akan bisa terselesaikan sebelum Lebaran. Padahal jalur itu merupakan jalur mudik.
"Pekerjaannya cukup lama. Jadi hasilnya tidak akan terpakai saat Lebaran," ujar Ojat, salah seorang pekerja yang ditemui "GM" saat merangkai besi untuk fondasi tebing, Minggu (14/7).
Berdasarkan pantauan "GM" kemarin, longsor pada tebing setinggi 20 meter dengan panjang lebih dari 60 meter ini menyita separuh badan jalan. Akibatnya, setiap kendaraan harus bersabar menunggu giliran sampai beberapa menit lamanya. Sebab di setiap ujung jalan menuju lokasi longsor, dilakukan sistim buka tutup.
Akibat pemberlakukan buka tutup, antrean berbagai jenis kendaraan, termasuk truk tronton serta bus, cukup panjang. Di samping itu, saat melintas lokasi kendaraan harus melintas perlahan. Karena jika terlalu kencang dikhawatirkan getaran yang dihasilkan kendaraan bisa memicu longsor susulan.
"Hampir setiap hari saya melewati ke sini (lokasi longsor, red). Dan selalu terjebak macet, karena diberlakukan sistim buka tutup. Jadi mau tidak mau, saya harus bersabar untuk menunggu giliran," kata Katmo, supir truk tronton saat menunggu giliran melewati lokasi longsor.
Menurutnya, tidak bisa dibayangkan apa jadinya, bila kejadian seperti ini masih berlangsung sampai menjelang Lebaran.
"Bisa dibilang, jalan ini merupakan jalur mudik utama, yang dibiasa digunakan pemudik dari arah dan memuju Bandung atau Cirebon. Sehingga dengan terjadinya penyempitan badan jalan, saya berkeyakinan di lokasi kejadian bakal menjadi salah satu simpul kemacetan, di wilayah Sumedang Kota," ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu pebaikan jalan tersebut tidak akan bisa terselesaikan sebelum Lebaran. Padahal jalur itu merupakan jalur mudik.
"Pekerjaannya cukup lama. Jadi hasilnya tidak akan terpakai saat Lebaran," ujar Ojat, salah seorang pekerja yang ditemui "GM" saat merangkai besi untuk fondasi tebing, Minggu (14/7).
Berdasarkan pantauan "GM" kemarin, longsor pada tebing setinggi 20 meter dengan panjang lebih dari 60 meter ini menyita separuh badan jalan. Akibatnya, setiap kendaraan harus bersabar menunggu giliran sampai beberapa menit lamanya. Sebab di setiap ujung jalan menuju lokasi longsor, dilakukan sistim buka tutup.
Akibat pemberlakukan buka tutup, antrean berbagai jenis kendaraan, termasuk truk tronton serta bus, cukup panjang. Di samping itu, saat melintas lokasi kendaraan harus melintas perlahan. Karena jika terlalu kencang dikhawatirkan getaran yang dihasilkan kendaraan bisa memicu longsor susulan.
"Hampir setiap hari saya melewati ke sini (lokasi longsor, red). Dan selalu terjebak macet, karena diberlakukan sistim buka tutup. Jadi mau tidak mau, saya harus bersabar untuk menunggu giliran," kata Katmo, supir truk tronton saat menunggu giliran melewati lokasi longsor.
Menurutnya, tidak bisa dibayangkan apa jadinya, bila kejadian seperti ini masih berlangsung sampai menjelang Lebaran.
"Bisa dibilang, jalan ini merupakan jalur mudik utama, yang dibiasa digunakan pemudik dari arah dan memuju Bandung atau Cirebon. Sehingga dengan terjadinya penyempitan badan jalan, saya berkeyakinan di lokasi kejadian bakal menjadi salah satu simpul kemacetan, di wilayah Sumedang Kota," ujarnya.
Sumber : http://www.klik-galamedia.com/macet-tak-bisa-terhindarkan
