Korban Trafficking Dipulangkan dengan Selamat dari Malaysia
Sumedang News, Sumedang Utara - Berawal dari perkenalannya di jejaring sosial
facebook, Yunilar Nurmaudi (14), warga Dusun Sindangrenah RT 01/01,
Desa Jatihurip, Kec. Sumedang Utara menjadi korban trafficking
(perdagangan manusia). Yulinar yang usianya masih di bawah umur, dijual
oleh pelaku menjadi pembantu rumah tangga di Malaysia.
Beruntung korban tidak mendapat penganiayaan atau pun pelecehan
seksual selama proses perjalanan ke Malaysia, termasuk ketika bekerja di
rumah majikannya. Miss Mella.
Dengan modal nekat kabur dari rumah majikannya dan upaya pencarian
keluarga serta jajaran Polda Metro Jaya, DKI Jakarta yang menangani
kasus tersebut, akhirnya Yulinar bisa pulang ke rumah dengan selamat dan
berkumpul lagi bersama keluarga Kamis (20/6/2013) pukul 4.00 WIB.
“Alhamdulillah, selama perjalanan maupun bekerja di Malaysia, saya
tidak mengalami penganiayaan maupun pelecehan seksual. Hanya pernah
sekali, betis saya dipukul dengan rotan oleh majikan karena ngepel
lantainya kurang bersih. Saya bekerja di Malaysia, empat hari,” ujar
Yulinar di kantor Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan
(KBPP) Kab. Sumedang, Jumat (21/6/2013).
Ia datang dengan kakek serta ayahnya untuk mendapatkan pengarahan dan pemulihan psikologi dari petugas Badan KBPP.
Yulinar mengatakan, dirinya dijual oleh salah seorang jaringan pelaku
bernama Kajensa warga Malaysia ke majikannya Miss Mella di daerah
Bandar Botanic, tak jauh dari Kualalumpur seharga 10.500 Ringgit setara
Rp 35 juta. Harga jual tersebut dengan kontrak kerja dua tahun. Namun,
selama setahun tidak digaji untuk mengganti berbagai biaya proses
pemberangkatan ke Malaysia.
“Saya bekerja sebagai pembantu rumah tangga di daerah Bandar Botanic,
Malaysia. Namun, alamat lengkapnya, saya tidak tahu, tapi tak jauh dari
Kualalumpur,” ujarnya.
Dikatakan, dirinya bisa pulang dengan selamat, setelah nekat kabur
lewat genting rumah majikannya pukul 3.00 dini hari waktu Malaysia,
saat majikannya sedang tertidur lelap. Setelah itu, lapor ke petugas
keamanan di perumahan hingga akhirnya diantar ke kantor polisi Malaysia.
“Dengan membawa paspor saya, akhirnya majikan menyerahkan saya ke
polisi Malaysia. Setelah itu, polisi Malaysia memulangkan saya ke
Indonesia yakni ke Medan di rumah kenalan saya. Hanya saja, polisi
Malaysia berpesan ketika di Indonesia jangan sekali-kali mengatakan
masalah penjahat di Malaysia. Sebab, masalah itu sudah urusan polisi
Malaysia,” katanya mengutip pesan polisi Malaysia.
Menurut dia, dirinya ditolong dan disuruh beristirahat 5 hari di
rumah kenalannya di Medan, tepatnya di Desa Serdang Dusun I, Kec.
Meranti, Kab. Asahan, Sumatera Utara. Setelah itu, dijemput oleh polisi
Polda Metro Jaya untuk pulang ke Jakarta.
“Dari Polda Metro, saya dijemput lagi oleh keluarga hingga akhirnya bisa pulang ke Sumedang,” ujar Yulinar.
Lebih jauh ia menjelaskan, keberangkatan dari rumah Minggu
(12/5/2013) lalu, berawal ketika akan latihan kesenian di sekolahnya di
SMP 3 Cimalaka, tiba-tiba di jalan bertemu teman facebook-nya
berinisial, AR siswa SMA Tanjungkerta. AR mengajak jalan-jalan ke toko
minyak wangi. Entah kenapa, setelah menghirup minyak wangi ia langsung
pusing. Dalam kondisi setengah sadar, ia dibawa jalan-jalan menggunakan
sepeda motor ke rumah ibu AR, yakni Me/Meli (sekitar 35 tahun) di
daerah Pasirmalang, Desa Jatimulya, Kec. Sumedang Utara.
“Setelah itu, saya diajak lagi ke Alun-alun Sumedang bersama AR dan
Me. Ketika saya diberi minuman, tiba-tiba pusing lagi dan tidak sadarkan
diri. Tahu-tahu, saya sudah di lapangan Tegallega Bandung dibangunkan
oleh Bu Yati. Bu Yati ngajak ke Jakarta, tapi saya tolak. Namun, karena
dipaksa dan ditodong pisau, akhirnya saya dibawa lagi ke Jakarta. Di
Jakarta, saya dibawa ke rumah Bu Yuni. Alamat di Jakarta, di Kalibata
City. Setelah diberi makan, tiba-tiba saya pusing lagi,” tuturnya.
Sadar-sadar, kata Yulinar, dirinya sudah ada di Bandara Polonia
Medan. Di Medan, sudah ada teman facebook lainnya, yakni Dewi. Saat
itu, ia sempat minta diantar pulang ke Sumedang, namun ditolak. Kecuali,
jika liburan ke Malaysia akan dikabulkan, sekalian diberi ongkos dan
dibuatkan paspor oleh kakaknya Dewi, Rudi.
“Karena tidak bisa pulang ke Sumedang, akhirnya saya mau diajak
jalan-jalan ke Malaysia. Di Malaysia, saya dibawa ke rumah Kajensa
hingga akhirnya dijual ke majikan saya. Yang saya alami, dari Sumedang
sampai ke Malaysia, jaringan pelakunya sangat banyak dan berantai. Akan
tetapi, hubungan antar pelaku di setiap daerah, langsung terputus dan
terus berganti orang, “ ujarnya
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/239748