Waduk Jatigede dan Tol Hilangkan 2.500 Ha Sawah
SUMEDANG, (PRLM).- Produksi padi yang akan hilang imbas pembangunan
Waduk Jatigede dan tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) di Kab.
Sumedang, diperkirakan mencapai 16.125 ton GKG (gabah kering giling).
Kondisi itu, seiring dengan hilangnya sekitar 2.500 hektare lahan sawah
yang dipakai genangan Waduk Jatigede dan ruas jalan tol Cisumdawu.
Potensi kehilangan produksi padi sebesar itu, dengan asumsi tingkat
produktivitas padi di Kab. Sumedang rata-rata 6,45 ton per hektare.
“Memang cukup besar potensi kehilangan produksi padi, imbas
hilangnya lahan sawah seluas 2.500 hektare dampak pembangunan Waduk
Jatigede dan tol Cisumdawu. Kita tidak bisa berbuat banyak dengan
kondisi tersebut. Sebab, kehilangan lahan sawah yang dipakai genangan
Waduk Jatigede dan tol Cisumdawu merupakan konsekuensi logis dari
pembangunan,” kata Sekretaris Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan
Hortikultura Kab. Sumedang, Rudi Suprayogi ketika ditemui di kantornya.
Menurut dia, potensi kehilangan lahan sawah seluas 2.500 haktare
tersebut menjadi tantangan bagi semua pihak untuk memikirkannya
sekaligus membuat perencanaan strategi yang efektif. Upaya itu, minimal
untuk mengganti lahan sawah termasuk produksi padi yang akan hilang
imbas pembangunan Waduk Jatigede dan tol Cisumdawu. Akan tetapi, upaya
mencetak sawah baru untuk mengganti lahan sawah yang hilang,
tantangannya cukup berat.
“Untuk mencetak sawah baru, harus ada swadaya masyarakat yang
bersedia merubah fungsi tanahnya menjadi lahan sawah. Selain itu, perlu
juga jaminan ketersediaan air dan sarana prasarana lainnya. Untuk
merealisasikannya, perlu dukungan semua pihak dan anggaran yang cukup
besar. Jadi, kalau mencetak sawah baru di Sumedang cukup berat,” tutur
Rudi.
Upaya yang paling memungkinkan, lanjut dia, yakni menggenjot
produktivitas padi yang ada. Contoh, rencananya pemerintah pusat dan
provinsi akan membangun Bendung Rengrang di Kec. Paseh sebagai
konsekuensi dari pembangunan Waduk Jatigede. Bendung Rengrang tersebut,
didesain mampu mengairi areal pesawahan sekitar 3.500 hektare di daerah
Kec. Ujungjaya dan sekitarnya.
“Dengan adanya jaminan pengairan dari Bendung Rengrang, diharapkan
frekuensi tanam padi di daerah Ujungjaya meningkat. Dari asalnya setahun
dua kali, nanti bisa tiga kali. Selain itu, produktivitas padinya
digenjot lagi sehingga bisa naik di atas rata-rata produktivitas padi di
Kab. Sumedang 6,45 ton per haktare. Dengan cara itu, minimal kita bisa
mempertahankan produksi padi walaupun harus kehilangan 2.500 hektare
lahan sawah dampak pembangunan Waduk Jatigede dan tol Cisumdawu,”
tuturnya.
Lebih jauh Rudi menjelaskan, peningkatan produktivitas padi itu,
bisa juga dengan menerapkan teknologi pertanian tepat guna. Misalnya,
menggunakan mesin perontok padi sehingga potensi padi yang terbuang bisa
diminimalisasikan. Selain itu juga, dengan menanam bibit unggul dan
pemupukan berimbang dan berkualitas. Upaya lainnya, memperkecil tingkat
serangan hama dan penyakit.
“Serangan hama dan penyakit padi di Sumedang sekitar 12 persen. Nah,
ke depan angka itu harus ditekan lagi. Ini berbagai upaya yang paling
memungkinkan untuk mempertahankan produksi padi, imbas hilangnya 2.500
hektare lahan sawah untuk pembangunan Waduk Jatigede dan tol Cisumdawu,”
tuturnya.
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/234815