Sejumlah Mata Air Pemasok Air Baku ke PDAM Tirta Medal Kondisinya Memprihatinkan
SUMEDANG, (PRLM).- Sejumlah mata air yang menjadi sumber air baku
PDAM Tirta Medal Kab. Sumedang, saat ini kondisinya sangat
memprihatinkan.
Debit airnya mengalami penyusutan drastis akibat dampak kerusakan
lingkungan, seperti penggundulan hutan serta penambangan liar.
Penyusutan debit airnya sangat dirasakan ketika musim kemarau.
Menurut Kasi Produksi dan Pengelolaan Laboraturium PDAM Tirta Medal
Kab. Sumedang, Iskandar ditemui di ruang kerjanya, Jumat (10/5),
penyusutan debit air tersebut terjadi di sejumlah mata air yang menjadi
sumber air minum PDAM.
Seperti halnya di mata air Cioraygede, Desa Cijambe, Kec. Paseh yang
berada di kaki Gunung Tampomas. Dari debit air yang masuk ke bak
penampungan (inteak) 52 liter per detik, ketika musim kemarau menurun
drastis hingga 18 liter per detik atau penurunannya mencapai 70 persen.
“Dari sini saja sudah kelihatan, penurunannya sangat drastis ketika
musim kemarau. Penyusutan debit air ini, dampak negatif dari galian
pasir dan batu (sirtu) di kaki Gunung Tampomas. Penambangannya tidak
memperhatikan kelestarian lingkungan. Begitu juga, imbas dari pembabatan
hutan rakyat, ” kata Iskandar.
Contoh lainnya, kata dia, debit mata air Cipanteuneun di Kec.
Cimalaka. Dari semula debit airnya 100 liter per detik, kini menurun
tajam di musim kemarau hanya 15 liter per detik.
Bahkan di musim hujan, debit airnya hanya naik sedikit menjadi 30
liter per detik. Penyusutan debit mata air Cipanteuneun itu pun, imbas
ekploitasi penambangan galian C, seperti pasir dan batu.
“Jika galian pasir ini tidak segera ditertibkan apalagi penambangan
liar, Sumedang bisa kekeringan. Sebab, penurunan debit mata air di kaki
Gunung Tampomas, sekarang sudah sangat memprihatinkan,” ujarnya.
Kondisi serupa terjadi di mata air Nangorak di Desa Margamekar, Kec. Sumedang Selatan, tepatnya di kawasan Gunung Kareumbi.
Dari debit air normal sebesar 28-30 liter per detik, ketika kemarau
turun menjadi 10 liter per detik. Penurunannya dampak kerusakan
lingkungan di sekitar pegunungan Kareumbi, khususnya penebangan hutan
rakyat.
“Salahnya lagi, pepohonan yang bisa menyimpan air ditebang, diganti
dengan pohon yang banyak menyerap air. Pohon yang menyimpan air,
seperti pohon aren, kihujan, sukun, dll. Pepohonan itu ditebang lalu
diganti dengan pohon sengon dan jabon yang banyak menyerap air,”
tuturnya.
Lebih jauh Iskandar menjelaskan, dampak penurunan debit mata air di
sejumlah mata air itu, menyebabkan PDAM kekurangan pasokan air minum
untuk melayani para pelanggannya.
Kondisi itu, dirasakan ketika musim kemarau yang tinggal sebulan
lagi. Beberapa daerah yang selalu kekurangan air di musim kemarau,
seperti wilayah Kec. Sumedang Utara dan Sumedang Selatan,
“Guna mengatasi kekurangan pasokan air bagi pelanggan, kami
melakukan jadwal penyaluran secara bergilir. Seandainya upaya itu tetap
sulit, baru lah kami akan menyalurkan air minum kepada pelanggan melalui
tangki. Kita juga terus berupaya mencari sumber air yang baru untuk
menambah pasokan, terutama di saat musim kemarau, ” tutur Iskandar.
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/node/234409