Mebel Gunasari Sumedang Melanglang ke Singapura
Sumedang - Mebel Gunasari Kabupaten Sumedang rupanya sudah
merambah pasar luar negeri. Kualitas yang bagus, membuatnya makin diburu
hingga ke Singapura.
Namanya Kampung Sembir. Lokasinya,
ada di Desa Gunasari, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang.
Orang mengenalnya sebagai kampung mebel. Alasannya, seluruh warga di
sana, nyaris berprofesi sebagai perajin mebel.
Kampung itu ada di
sepanjang aliran Sungai Cihonje. Untuk mencapainya, warga harus
melintasi jalan setapak. Meski begitu, di kampung itu terdapat Workshop
Mebel Gunasari atau dikenal dengan nama Mebel Kautsar.
Dulu, ada
sekitar 30 usaha mebel di kampung ini dengan berbagai volume usaha.
Namun karena tak kuat bersaing, ada juga yang memilih jadi buruh atau
tenaga kerja di luar negeri. Akhirnya, usaha mebel di kampung ini
berkurang.
Kini hanya ada sekitar 10 usaha saja yang masih
bertahan. Salah satunya Unang Komala (48), perajin mebel yang sudah
merintis usahanya sejak 14 tahun lalu. Mebel Gunasari sendiri punya
kelebihan yakni bisa dibuat sesuai keinginan pemesan.
Hampir
seluruh pelanggan atau pembeli produk furnitur adalah kalangan rumah
tangga bukan toko furnitur. Jadi, para perajin mebel Gunasari ini
sekaligus juga merangkap sebagai desain interior yang bisa memenuhi
setiap keinginan dan selera furnitur di setiap ruangan pemiliknya.
“Produk
mebel kami ini tidak dijual ke toko-toko mebel karena kami lebih banyak
mendapatkan pesanan daripada menjual secara lepas ke toko-toko, pesanan
pun banyak, sehingga tidak ada waktu untuk membuat produk lepas seperti
itu,” kata Unang, Senin (13/5).
Unang mengaku pernah sesekali
mencoba mengirim barangnya ke toko-toko di Sumedang dan Bandung.
Nyatanya, harga yang ditawarkan tidak sesuai karena penawaran dari toko
sangat murah. Sementara mebel milik Unang, harganya di atas rata-rata
pasar.
“Harganya memang sedikit mahal karena memang sudah
mendapatkan modifikasi sedemikian rupa sehingga sangat sesuai dengan
kebutuhan, baik dari model, ukuran dan warna,“ kata Unang yang
selanjutnya hanya membuat produk sesuai pesanan saja.
Unang
menambahkan, pemesan datang dari berbagai kota. Mereka mengutarakan
keinginannya untuk membuat furnitur dengan menyampaikan ide dan
gagasannya. Untuk menyerap keinginan mereka, Unang harus sabar tapi
cepat memahaminya.
“Jadi ada diskusi terlebih dahulu dengan pemesan itu, keinginannya seperti apa,” ujar Unang.
Untuk
beberapa pelanggan, Unang pernah mendapat telepon dari Kota Bandung,
Jakarta,dan Bogor. Dia diminta datang ke rumah untuk mendiskusikan mebel
yang cocok.
“Kadang saya tiba-tiba ditelepon oleh
pelanggan yang mengatakan harus segera datang ke rumahnya untuk
membuatkan mebel yang sesuai ruangannya,” kata Unang yang mengaku kadang
bertingkah seperti seorang desain interior. “Kadang saya seperti desain
interior mengatur ruangan, padahal saya hanya lulusan SMEA, tidak
pernah belajar arsitek atau desain,” kata Unang.
Keahlian Unang
dan tukang mebel lainnya di desa ini didapat turun-temurun. Pun
pengalaman yang terus dilatih. Menurut Unang, sejak puluhan tahun lalu,
penduduk kampung ini sudah bekerja di perusahaan mebel perusahaan Cina
di berbagai kota.
Beberapa pekerja meneruskan pekerjaannya.
Namun,beberapa di antaranya memilih membuka sendiri usaha. Harga mebel
buatan Unang beragam. Dari mulai Rp2 juta sampai dengan Rp150 juta.
Sumber : http://m.inilahkoran.com/read/detail/1988781/mebel-gunasari-sumedang-melanglang-ke-singapura
Sumber : http://m.inilahkoran.com/read/detail/1988781/mebel-gunasari-sumedang-melanglang-ke-singapura