Sebabkan Harga Tnah Langsung Melonjak
SUMEDANG, - Warga di kawasan jalan yang akan dilalui jalur jalan tembus Sumedang-Tanjungsari-Sukasari-Lembang mengaku sudah tahu rencana pembangunan jalan tembus itu.
Mereka mengaku senang karena, jika jalan tembus itu terwujud, kawasan di hamparan kaki Gunung Manglayang itu bakal ramai.
Pemkab Sumedang sendiri menaksir untuk pembebasan lahan buat jalan temnbus ini dibutuhkan dana Rp 41,5 miliar.
"Senang saja nanti jalan yang lewat ke kampung ini jadi lebar dan tidak kecil seperti sekarang. Kalau ada jalan besar, jadi ramai," kata Ata, warga Talingkup, Desa Kadakajaya, Tanjungsari, yang memiliki sawah di pinggir jalan yang akan dipakai jalan tembus, pekan lalu.
Saat ini, kendaraan yang bisa tembus dari Sukasari-Lembangitu hanya motor dan kendaraan berpenggerak empat roda. "Setiap akhir pekan atau hari libur banyak yang membawa motor trail dan mobil jip untuk offroad," kata beberapa warga.
"Saya akan merelakan lahan ini dibeli pemerintah untuk jalan. Harga sawah sekarang di kampung ini yang berada di pinggir jalan sudah Rp 1 juta per batanya," kata Ata.
Harga tanah memang mengalami lonjakan menyusul rencana jalan tembus Sumedang-Lembang.
"Sebelumnya hanya 250 ribu per bata, kemudian sekarang sudah ada yang menawar Rp 500 ribu. Tapi ketika saya ikut pengukuran, pemerintah juga sudah menghitung biaya pembebasan lahan itu," kata Dudun Suryana, petani kol di Desa Genteng.
Ia mengatakan, warga di Sukasari itu tidak mau melepas tanah bagi warga luar daerahnya. "Warga Sukasari itu hampir semuanya petani dan menggantungkan hidup di lahan yang ada sehingga memilih tidak menjual lahan ke orang luar. Paling kalau dijual ke sesama warga di Sukasari saja," kata Dudun.
Menurut Dudun, setelah ramai rencana jalan tembus ke Lembang itu banyak juga warga yang membeli lahan di pinggir jalan. "Mungkin nantinya ingin membuat warung atau rumah makan. Warga juga ingin menikmatinya dengan ada jalan tembus ini," kata tokoh tani di Sukasari ini.
Para petani sayuran juga mengakui adanya jalan tembus itu bakal memudahkan memasarkan hasil pertanian. "Sekarang ini kan kendalanya jalan sebagai transportasi mengangkut hasil bumi," kata Sobana (63), petani tomat.
Menurut Sobana, butuh ongkos yang besar untuk mengangkut hasil pertanian ke Bandung. "Kalau ada jalan ke Lembang, tentu bisa menjadi lebih dekat dan menjual hasil pertanian bisa ditampung serta dijual dengan kelompok tani di Lembang," katanya.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network
Mereka mengaku senang karena, jika jalan tembus itu terwujud, kawasan di hamparan kaki Gunung Manglayang itu bakal ramai.
Pemkab Sumedang sendiri menaksir untuk pembebasan lahan buat jalan temnbus ini dibutuhkan dana Rp 41,5 miliar.
"Senang saja nanti jalan yang lewat ke kampung ini jadi lebar dan tidak kecil seperti sekarang. Kalau ada jalan besar, jadi ramai," kata Ata, warga Talingkup, Desa Kadakajaya, Tanjungsari, yang memiliki sawah di pinggir jalan yang akan dipakai jalan tembus, pekan lalu.
Saat ini, kendaraan yang bisa tembus dari Sukasari-Lembangitu hanya motor dan kendaraan berpenggerak empat roda. "Setiap akhir pekan atau hari libur banyak yang membawa motor trail dan mobil jip untuk offroad," kata beberapa warga.
"Saya akan merelakan lahan ini dibeli pemerintah untuk jalan. Harga sawah sekarang di kampung ini yang berada di pinggir jalan sudah Rp 1 juta per batanya," kata Ata.
Harga tanah memang mengalami lonjakan menyusul rencana jalan tembus Sumedang-Lembang.
"Sebelumnya hanya 250 ribu per bata, kemudian sekarang sudah ada yang menawar Rp 500 ribu. Tapi ketika saya ikut pengukuran, pemerintah juga sudah menghitung biaya pembebasan lahan itu," kata Dudun Suryana, petani kol di Desa Genteng.
Ia mengatakan, warga di Sukasari itu tidak mau melepas tanah bagi warga luar daerahnya. "Warga Sukasari itu hampir semuanya petani dan menggantungkan hidup di lahan yang ada sehingga memilih tidak menjual lahan ke orang luar. Paling kalau dijual ke sesama warga di Sukasari saja," kata Dudun.
Menurut Dudun, setelah ramai rencana jalan tembus ke Lembang itu banyak juga warga yang membeli lahan di pinggir jalan. "Mungkin nantinya ingin membuat warung atau rumah makan. Warga juga ingin menikmatinya dengan ada jalan tembus ini," kata tokoh tani di Sukasari ini.
Para petani sayuran juga mengakui adanya jalan tembus itu bakal memudahkan memasarkan hasil pertanian. "Sekarang ini kan kendalanya jalan sebagai transportasi mengangkut hasil bumi," kata Sobana (63), petani tomat.
Menurut Sobana, butuh ongkos yang besar untuk mengangkut hasil pertanian ke Bandung. "Kalau ada jalan ke Lembang, tentu bisa menjadi lebih dekat dan menjual hasil pertanian bisa ditampung serta dijual dengan kelompok tani di Lembang," katanya.
Sent from my BlackBerry® via Smartfren EVDO Network