Kesenian Sumedang Pentas di Denpasar Festival
Denpasar Festival (ANTARA/Nyoman Budhiana) |
Sumedang News, Jakarta - Pentas seni Denpasar Festival
(Denfest) ke-7, tak sekadar menampilkan kesenian Denpasar dan Bali saja,
kesenian dari provinsi lain pun berkesempatan menghibur pengunjung.
Satu di antaranya kesenian dari Kabupaten Sumedang, Jawa Barat turut
unjuk gigi di tengah panggung Denfest tahun ini. Kelompok Gelar Seni
Sumedang Tandang Makalangan menampilkan tarian tradisional Trawangsa dan
Jaleuleu.
Penanggung Jawab Gelar Seni Sumedang Tandang Makalangan, Elly
Suliasih, mengatakan bahwa tarian ini menceritakan kisah yang berkembang
di masyarakat Desa Rancakolong, Sumedang. Dahulu kala desa ini ditimpa
musibah berupa keanehan saat menanam padi, warga kaget karena bulir padi
menghilang dari dalam kulitnya. Akibatnya masyarakat kekurangan pangan
dan kelaparan.
Pada masa itu, Mataram dikenal sebagai lumbungnya bibit padi. Oleh karena itu, berangkatlah para utusan dari Desa Rancakalong menemui Ratu Mataram. Setelah mendapat bibit padi, di perjalanan para utusan dihadang begal (perampok), maka untuk membawa bibit padi tersebut, Embah Jatikusumah menciptakan dua buah alat musik yang mempunyai fungsi sebagai alat untuk membawa benih padi dengan cara memasukannya ke dalam lubang resonator yang terdapat pada bagian belakang alat tersebut. Alat musik tersebut di beri nama Tarawangsa.
Tarian ini, kata Elly, merupakan gambaran rasa syukur masyarakat Sumedang melalui sebuah permainan (kaulinan) seni yang dipadu dengan lagu Jaleuleu. "Sudah menjadi kebiasaan masyarakat agraris di Sumedang, setiap bulan purnama tiba menarikan Jaleuleu dan memainkan Tarawangsa," ungkapnya, Jum`at (2/1).
Tarawangsa memiliki dua pengertian. Pertama, sebagai alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi. Kedua, merupakan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
Tarawangsa berbentuk perangkat instrumen ensambel kecil. Dengan Tarawangsa sebagai instrumen utama ditemani sebuah alat musik petik tujug dawai yang menyerupai kecapi, disebut dengan Jantreng.
Instrumen ini memiliki filosofi tersendiri. Tarawangsa punya dua kawat sebagai perlambang Sang Pencipta selalu menciptakan makhluk berpasang-pasangan.
"Tarian ini dimainkan oleh 6 penari yng di bagi menjadi 3 penari wanita dan 3 penari laki-laki yang diiringi 10 pemain alat musik," jelas Suliasih. Pihaknya juga mengungkapkan Denfest merupakan sarana yang baik untuk memperkenalkan seni dan tradisi lokal kepada masyarakat.
Pada masa itu, Mataram dikenal sebagai lumbungnya bibit padi. Oleh karena itu, berangkatlah para utusan dari Desa Rancakalong menemui Ratu Mataram. Setelah mendapat bibit padi, di perjalanan para utusan dihadang begal (perampok), maka untuk membawa bibit padi tersebut, Embah Jatikusumah menciptakan dua buah alat musik yang mempunyai fungsi sebagai alat untuk membawa benih padi dengan cara memasukannya ke dalam lubang resonator yang terdapat pada bagian belakang alat tersebut. Alat musik tersebut di beri nama Tarawangsa.
Tarian ini, kata Elly, merupakan gambaran rasa syukur masyarakat Sumedang melalui sebuah permainan (kaulinan) seni yang dipadu dengan lagu Jaleuleu. "Sudah menjadi kebiasaan masyarakat agraris di Sumedang, setiap bulan purnama tiba menarikan Jaleuleu dan memainkan Tarawangsa," ungkapnya, Jum`at (2/1).
Tarawangsa memiliki dua pengertian. Pertama, sebagai alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi. Kedua, merupakan nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
Tarawangsa berbentuk perangkat instrumen ensambel kecil. Dengan Tarawangsa sebagai instrumen utama ditemani sebuah alat musik petik tujug dawai yang menyerupai kecapi, disebut dengan Jantreng.
Instrumen ini memiliki filosofi tersendiri. Tarawangsa punya dua kawat sebagai perlambang Sang Pencipta selalu menciptakan makhluk berpasang-pasangan.
"Tarian ini dimainkan oleh 6 penari yng di bagi menjadi 3 penari wanita dan 3 penari laki-laki yang diiringi 10 pemain alat musik," jelas Suliasih. Pihaknya juga mengungkapkan Denfest merupakan sarana yang baik untuk memperkenalkan seni dan tradisi lokal kepada masyarakat.
Sumber : http://www.gatra.com/budaya-1/seni/120243-ada-tarian-sunda-di-denpasar-festival.html